Superhero is a portrait of now generation who 'enjoy' war/history as entertainment of our daily lives without care about the actual impact.
We see and we know about a history trough 'borring lessons',movie,game , etc..
Sometimes maybe we a concerned and felt pity for a moment, and then, ..we forget about it..
Soldiers from the 7th US Army carry the priceless artworks down the steps of Meunschwanstein Castle where hoards of European art treasures, stolen by the Nazis, were hidden during World War II.
Soldats américains se livrant à des combats de rue, avenue de Paris, Cherbourg-Normandy 1944
Curtis Bay
Navy Coast Guard, in October 1943
Following the unconditional surrender of the Wehrmacht which went into effect on 8 May 1945, some Wehrmacht units remained active, either independently (e.g. in Norway), or under Allied command as police forces.[7] By the end of August 1945, these units had been dissolved, and a year later on 20 August 1946, the Allied Control Council declared the Wehrmacht as officially abolished
Fidel Castro - MATS Terminal Washington 1959
Conference of the Big Three at Yalta makes final plans for the defeat of Germany. Here the "Big Three" sit on the patio together, Prime Minister Winston S. Churchill, President Franklin D. Roosevelt, and Premier Josef Stalin. February 1945.
Afghan resistance fighters returning to a village destroyed by Soviet forces, 1986
He gives the order of the Day : 'Full victory-nothing else !' to paratroopers in England, just before they board their airplanes to participate in the first assault in the invasion of the continent of Europe.
Greenham Common Airfield in England about on June 5, 1944.
Superhistory.
by : Yesaya Sandang
Salah
satu narasi yang mengiringi sejarah umat manusia adalah perang. Perang
adalah antitesa dari perdamaian. Perdamaian hanyalah perang yang
tertunda, demikian ujar Machiavelli. Perang selalu sarat dengan perayaan
akan kematian, ia selalu meminta korban tanpa pandang bulu. Tak ada
yang baik dari perang karena ia hanya hanya berujung pada kehancuran.
Namun toh perang selalu hadir menghiasai perjalanan sejarah umat
manusia. Disini fotografi hadir sebagai salah satu media yang
mengabadikan momen-momen dalam peperangan. Secara monumental, Robert
Capa adalah salah satu sosok yang menjadikan fotografi sebagai penanda
perang. Dalam esainya yang berjudul The Great War Photographs: Constructing Myths of History and Photojournalism, Michael Griffin mengutarakan bahwa gambaran dalam salah satu foto Robert Capa yang terkenal dengan judul The Death of Loyalist Militiaman sebagai ”non-specific encapsulation of an idea that transcends the moment or specific instance of the subject of the photo”.
Dengan kata lain foto tersebut mampu keluar melampaui dari momen atau
kejadian spesifik dari subjek foto itu sendiri. Menyaksikan foto ini
membawa kita pada keheningan sesaat karena terhentak oleh sebuah
gambaran kematian yang seketika.
Namun,
dewasa ini liputan perang bukan hanya soal foto. Liputan media lainnya
yang kian canggih mampu menghadirkan nuansa perang hingga ke ruang
keluarga kita dalam bentuk yang terdistorsi. Perang kemudian hanya
merupakan jalinan cerita tak bertepi, menggugah namun sekaligus hampa.
Bagi generasi muda dewasa ini perang bahkan telah menjadi objek
permainan menarik. Tengok saja permainan komputer semisal Call of Duty,
Medal of Honor, dan masih banyak lainnnya. Narasi perang dijadikan
media untuk meleburkan diri dalam suasana bermain-main. Unsur sejarah
yang dikemas dalam permainan tersebut tak dapat dipungkiri adalah
sejarah versi pemenang. Asumsinya, mana ada
orang yang mau main jika ia jadi yang kalah. Menang dengan embel-embel
kepahlawanan adalah misi sakral yang harus dicapai.
Dalam
peperangan selalu dikisahkan tentang tokoh-tokoh yang memiliki peranan
penting. Tokoh tersebut diberi kriteria pahlawan, entah karena
keberaniannya atau keteguhan dalam mengemban tugas. Dalam kosakata
umumnya, pahlawan memang orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, seorang pejuang yang gagah berani. Dari
Dalam
ruang imanjinasi yang tidak mengandalkan narasi besar, cara pandang
terhadap sejarah bisa saja mengalami pergeseran. Termasuk cara pandang
terhadap pahlawan. Agan disini bisa jadi terinpirasi dari model-model
petualangan imajiner yang lekat dengan kehidupan generasinya. Sejarah
yang disikapi dengan santai. Dan dalam kesantaiannya tersebut, Agan
kemudian mengolah tangkapan sejarah dalam fotografi kedalam ruang
imajinasinya dengan
Namun
uniknya, dalam karya Agan kali ini ia memilih untuk memasukan
tokoh-tokoh “superhero” yang umum dikenal melalui komik-komik DC dan
Marvel. Judul besar karya-karyanya memang SUPERHERO. Namun, apa
maksudnya ketika ia menyajikan kehadapan kita secara berhadap-hadapan
antara narasi sejarah dan sosok superhero? Mungkinkah Agan sementara
hendak menyindir kita bahwa kita sementara hidup dalam narasi komikal?
Atau bahwa sejatinya serorang pahlawan hanya ada
dalam dunia komikal? Atau beginilah caranya memandang sosok pahlawan,
yakni secara komikal? Entah lah. Walau demikian, dunia komikal memang
memiliki daya tariknya sendiri. Kisah seru dalam jalinan aksi lengkap
dengan bumbu-bumbu romantika adalah daya tarik utamanya. Dalam dunia
komikal sosok superhero adalah tokoh dengan kemampuan yang tidak
dimiliki manusia pada umumnya, entah itu bawaan, ataupun diciptakan.
Batman misalnya berbeda dengan Superman yang memiliki kemampuan bawaan
khusus. Batman hanya mengandalkan olah raganya disertai alat-alat
canggih yang ia miliki. Namun toh keduanya sama-sama memiliki
seperangkat kekuataan yang tidak dimiliki orang kebanyakan. Tokoh-tokoh
ini dengan latar belakangnya masing-masing menjadi sosok pembela
kebenaran dan kebajikan demi kepentingan orang banyak.
Lantas apa jadinya jika Batman ternyata turut andil dalam revolusi Sosialis Kuba yang dipimpin oleh Fidel Castro. Atau dalam
Setelah
banyak bereksperimen di wilayah surealis, saya mengira Agan sekarang
mulai lebih konsern masuk pada dimensi yang lebih bernuansa satire.
Kesan dangkalnya memang hanya sekedar lelucon, buat lucu-lucuan. Namun,
kalau mau dimaknai lebih dalam, kita dapat menemukan keprihatinan yang
tidak main-main. Revolusi digital hari-hari ini dipakai Agan untuk
melakukan perlawanan terhadap revolusi itu sendiri. Sebuah revolusi
superhistory.
History
is the present. That's why every generation writes it anew. But what
most people think of as history is its end product, myth.
-E.L.Doctorow-
from melmanandthehippo.blogspot
'REF. > Debris' 카테고리의 다른 글
Inception Infographic Contest Has a Winner (0) | 2010.08.22 |
---|---|
CLASH at FASHIONCLASH Maastricht (0) | 2010.07.06 |
[ Predrag Pajdic ] Lingering Whispers set London on fire! (0) | 2010.05.19 |
Earth Hour 2010 (0) | 2010.04.07 |
[ m+o ] Les Queues de Sardines (0) | 2010.02.25 |